Ilmu Tauhid (Aqidah/Iman) adalah hal yang
paling penting yang harus dipelajari setiap
Muslim. Bahkan harus dipelajari lebih dulu
sebelum kita mempelajari/melakukan ibadah
seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya.
Bagaimana kita bisa tergerak untuk melakukan
ibadah jika dalam hati kita tidak ada iman?
Bagaimana kita bisa ikhlas dan khusyuk
beribadah jika kita tidak tahu/tidak yakin akan
Allah dan sifat-sifatNya?
Banyaknya ummat Islam di Indonesia yang
menjadi murtad itu karena mereka nyaris tidak
mempelajari dan meyakini ilmu Tauhid sehingga
akhirnya tidak tahu Sifat-sifat Tuhan yang asli/
sejati. Akhirnya mereka menyembah Tuhan
yang sifatnya berlawanan dari sifat Allah seperti
menyembah 3 Tuhan dan sebagainya.
Pada Ilmu Tauhid ini diasumsikan orang belum
memiliki iman yang kuat kepada Allah, apalagi Al
Qur’an. Oleh karena itu dalilnya pun yang
pertama dipakai adalah dalil Akal/Logika (Aqli).
Setelah beriman, baru dalil Naqli (Al Qur’an)
dikemukakan. Pada ilmu tentang Iman, maka
Akal harus digunakan. Ada pun jika sudah
beriman dan mengenai fiqih misalnya kenapa
kalau kentut bukan (maaf) pantat yang dibasuh,
tapi harus mencuci anggota badan lainnya, maka
dalil Naqli (Al Qur’an dan Hadits) yang harus
dipakai. Pada Tauhid, Aqli harus dipakai. Pada
Fiqih, Naqli yang dipakai.
Karena itulah Allah dalam Al Qur’an juga kerap
menggunakan dalil Akal/Logika kepada kaum
yang kafir atau imannya masih lemah. Hanya
orang yang berakal saja yang dapat pelajaran.
“…Dan tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) melainkan orang-orang yang
berakal.” [Ali ‘Imran 7]
Allah juga kerap memakai ilmu pengetahuan
seperti penciptaan langit dan bumi sebagai tanda
bagi orang yang berakal:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal” [Ali ‘Imran 190]
“dan pada pergantian malam dan siang dan
hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu
dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi
sesudah matinya; dan pada perkisaran angin
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang berakal.” [Al Jaatsiyah 5]
Lihat ayat Al Waaqi’ah ayat 58 hingga 72. Allah
menggunakan logika kepada manusia (termasuk
kita yang membaca surat tersebut) agar
menggunakan akal kita:
“Maka terangkanlah kepadaku tentang
nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah
yang menciptakannya, atau Kamikah yang
menciptakannya?” [Al Waaqi’ah 58-59]
“Kamukah yang menjadikan kayu itu atau
Kamikah yang menjadikannya?” [Al
Waaqi’ah 72]
Allah menggunakan logika dan perumpamaan-
perumpamaan (Tamtsil/Ibarat) agar orang yang
berakal/berilmu meski dia belum beriman jadi
berfikir dan beriman kepada Allah.
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami
buat untuk manusia; dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang
berilmu.” [Al ‘Ankabuut 43]
Baca juga ayat Al Hasyr 21, Al Kahfi 45, Al Kahfi
54, Ar Ruum 58, Az Zumar 27, dsb. Ada 58 ayat
lebih tentang perumpamaan yang dikenal sebagai
logika analogi.
Contoh perumpamaan itu adalah ayat Al A’raaf
176, Al ‘Ankabuut 41, Al Baqarah 17, Al Baqarah
171, Al Baqarah 261, Al Baqarah 264, dan
sebagainya.
Keliru sekali jika ada orang yang menolak sama
sekali penggunaan dalil Akal atau Logika apalagi
jika itu ditujukan pada orang yang belum atau
masih tipis imannya. Karena itu, banyak orang-
orang yang dulunya kafir, akhirnya masuk Islam.
Bayangkan, bagaimana mungkin orang mau
mempercayai Al Qur’an (firman Allah) jika kepada
Allah saja dia belum beriman? Karena itulah
pendekatan akal digunakan.
Berbagai firman Allah seperti Afalaa Ta’qiluun,
La’allakum Tatafakkaruun, Ulil Albaab merupakan
perintah Allah pada manusia untuk
menggunakan akal atau fikiran termasuk dalam
beragama.
Sifat Allah itu banyak/tidak terhitung. Namun
seandainya ditulis 1 juta, 1 milyar, atau 1 trilyun,
tentu kita tidak akan sanggup mempelajarinya
bukan? Seorang ulama menulis 20 sifat yang
wajib (artinya harus ada) pada Tuhan/Allah. Jika
tidak memiliki sifat itu, berarti dia bukan Tuhan
atau Allah. Minimal kita bisa memahami dan
meyakini 13 dari sifat tersebut agar tidak tersesat.
Setelah itu kita bisa mempelajari sifat Allah lainnya
dalam Ama’ul Husna (99 Nama Allah yang Baik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar