Laman

Selasa, 04 Januari 2011

SEBUAH PENANTIAN DARI SEORANG AKHWAT

Entah angin apa yang membuai hari ini,
membuatku begitu berani mencoretkan
sesuatu untuk dirimu yang tidak pernah aku
kenali. Aku sebenarnya tidak pernah berniat
untuk memperkenalkan diriku kepada
siapapun. Apalag...i mencurahkan sesuatu
yang hanya aku khususkan buatmu sebelum
tiba masanya. Kehadiran sseorang lelaki yang
menuntut sesuatu yang kujaga rapi selama ini
semata-mata buatmu, itulah hati dan cintaku,
membuatku tersadar dari lenaku yang
panjang.
Ibu telah mendidikku semenjak kecil agar
menjaga maruah dan mahkota diriku karena
Allah telah menetapkannya untukmu suatu
hari nanti. Kata ibu, tanggungjawab ibu bapak
terhadap anak perempuan ialah menjaga dan
mendidiknya sehingga seorang lelaki
mengambil-alih tanggungjawab itu dari
mereka. Jadi, kau telah wujud dalam diriku
sejak dulu. Sepanjang umurku ini, aku
menutup pintu hatiku dari lelaki manapun
karena aku tidak mau membelakangimu.
Aku menghalang diriku dari mengenali lelaki
manapun karena aku tidak mau mengenal
lelaki lain selainmu, apa lagi memahami
mereka. Karena itulah aku sekuat ‘kodrat yang
lemah ini’ membatasi pergaulanku dengan
bukan mahramku. Aku lebih suka berada di
rumah karena rumah itu tempat yang terbaik
buat sorang perempuan. Aku sering merasa
tidak selamat dari diperhatikan lelaki. Bukanlah
aku bersangka buruk terhadap kaummu, tetapi
lebih baik aku berwaspada karena contoh
banyak di depan mata.
Aku palingkan wajahku dari lelaki yang asyik
memperhatikan diriku atau coba merayuku.
Aku sedaya mungkin melarikan pandanganku
dari lelaki ajnabi (asing) karena Sayyidah
Aisyah r.a pernah berpesan, “Sebaik-baik
wanita ialah yang tidak memandang dan tidak
dipandang oleh lelaki. ” Aku tidak ingin
dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya
cantik di matamu. Apalah gunanya aku
menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku
hanya bisa menjadi milikmu seorang. Aku
tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki
bahkan aku merasa terhina diperlakukan
sebegitu seolah-olah aku ini barang yang bisa
dimiliki sesuka hati.
Aku juga tidak mau menjadi penyebab
kejatuhan seorang lelaki yang dikecewakan
lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang
tidak dapat aku berikan. Bagaimana akan
kujawab di hadapan ALLAH kelak andai
ditanya? Adakah itu sumbanganku kepada
manusia selama hidup di muka bumi? Kalau
aku tidak ingin kau memandang perempuan
lain, aku dululah yang perlu menundukkan
pandanganku. Aku harus memperbaiki dan
menghias pribadiku karena itulah yang dituntut
oleh Allah. Kalau aku ingin lelaki yang baik
menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi
perempuan yang baik. Bukankah Allah telah
menjanjikan perempuan yang baik itu untuk
lelaki yang baik?
Tidak kunafikan sebagai remaja, aku memiliki
perasaan untuk menyayangi dan disayangi.
Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap
kali itulah aku mengingatkan diriku bahwa aku
perlu menjaga perasaan itu karena ia semata-
mata untukmu. Allah telah memuliakan
seorang lelaki yang bakal menjadi suamiku
untuk menerima hati dan perasaanku yang
suci. Bukan hati yang menjadi labuhan lelaki
lain. Engkau berhak mendapat kasih yang
tulen.
Diriku yang memang lemah ini telah diuji oleh
Allah saat seorang lelaki ingin berkenalan
denganku. Aku dengan tegas menolak,
berbagai macam dalil aku kemukakan, tetapi
dia tetap tidak berputus asa. Aku merasa
seolah-olah kehidupanku yang tenang ini telah
dirampas dariku. Aku bertanya-tanya adakah
aku berada di tebing kebinasaan ? Aku
beristigfar memohon ampunan-Nya. Aku juga
berdoa agar Pemilik Segala Rasa Cinta
melindungi diriku dari kejahatan.
Kehadirannya membuatku banyak memikirkan
tentang dirimu. Kau kurasakan seolah-olah
wujud bersamaku. Di mana saja aku berada,
akal sadarku membuat perhitungan
denganmu. Aku tahu lelaki yang menggodaku
itu bukan dirimu. Malah aku yakin pada gerak
hatiku yang mengatakan lelaki itu bukan teman
hidupku kelak.
Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet
dalam memilih pasangan hidup. Siapalah
diriku untuk memilih permata sedangkan aku
hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-
mana.
Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita
solehah yang lain, dilamar lelaki yang bakal
dinobatkan sebagai ahli syurga, memimpinku
ke arah tujuan yang satu.
Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi
Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas
perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam,
atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, yang
mampu mendebarkan hati juataan gadis untuk
membuat aku terpikat.
Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh
Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa
kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah.
Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan
ikatan yang sah, selagi itu jangan
dimubazirkan perasaan itu karena kita masih
tidak mempunyai hak untuk begitu. Juga
jangan melampaui batas yang telah Allah
tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan
seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik
dalam kehidupan kita kelak.
Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau
menyerahkan seluruh dirimu pada mencari
ridha Illahi. Aku akan merasa amat bernilai
andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun
sandaran perjuanganmu. Bahkan aku amat
bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang
ditakdirkan meniup semangat juangmu,
mengulurkan tanganku untukmu berpaut
sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang
dijanjikan Allah dengan kemenangan atau
syahid itu. Akan kukeringkan darah dari
lukamu dengan tanganku sendiri. Itu
impianku.
Aku pasti berendam airmata darah, andainya
engkau menyerahkan seluruh cintamu
kepadaku. Cukuplah kau mencintai Allah
dengan sepenuh hatimu karena dengan
mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-
Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa.
Moga cinta itu juga yang akan
mempertemukan kita kembali di syurga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar